22 Jun 2009

Sekadar Renungan Bersama

 

 
  
  Assalamualaikum ... Hanya Ingin Mengingatkan .... Kubur Setiap Hari Menyeru Manusia Sebanyak Lima (5) Kali .. 

1. Aku rumah yang terpencil, maka kamu akan senang dengan selalu membaca Al-Quran. 
2. Aku rumah yang gelap, maka terangilah aku dengan selalu solat malam. 
3. Aku rumah penuh dengan tanah dan debu,bawalah amal soleh yang menjadi hamparan. 
4. Aku rumah ular berbisa, maka bawalah amalan Bismillah sebagai penawar . 
5. Aku rumah pertanyaan Munkar dan Nakir, maka banyaklah bacaan 
'Laa ilahaillallah, Muhammadar Rasulullah', supaya kamu dapat jawapan kepadanya. 

L ima Jenis Racun dan Lima Penawarnya .... 

1. Dunia itu racun, zuhud itu ubatnya. 
2. Harta itu racun, zakat itu ubatnya. 
3. Perkataan yang sia-sia itu racun, zikir itu ubatnya. 
4. Seluruh umur itu racun, taat itu ubatnya. 
5. Seluruh tahun itu racun, Ramadhan itu ubatnya. 




Nabi Muhammad S.A.W bersabda: 

Ada 4 di pandang sebagai ibu, iaitu : 

1. Ibu dari segala UBAT adalah SEDIKIT MAKAN . 
2. Ibu dari segala ADAB adalah SEDIKIT BERBICARA. 
3. Ibu dari segala IBADAT adalah TAKUT BUAT DOSA. 
4. Ibu dari segala CITA CITA adalah SABAR. 


Berpesan-pesanlah kepada kebenaran dan kesabaran. 
Beberapa kata renungan dari Qur'an : 

Orang Yang Tidak Melakukan Solat: 

Subuh : Dijauhkan cahaya muka yang bersinar 
Zuhor : Tidak diberikan berkah dalam rezekinya 
Asar : Dijauhkan dari kesihatan/kekuatan 
Maghrib : Tidak diberi santunan oleh anak-anaknya. 
Isyak : Dijauhkan kedamaian dalam tidurnya 






Wassalam.

11 April 2009

Detik-detik Terakhir Kehidupan Rasulullah SAW


Cintanya Dibawa
sampai Padang Mahsyar

Menjelang wafat, Rasulullah Saw tidak mengingat keluarganya, melainkan umatnya. Cintanya kepada umat dibawa sampai ke Padang Mahsyar……
bulan Rabi‟ul Awwal telah berlalu. Namun peringatan Maulid, secara sporadis di sana-sini masih di gelar. Kisah mengenai Rasulullah SAW, pribadi, akhlaq, dan tausiyahnya pun masih dibacakan. Rasa rindu, cinta dan haru menggelora dalam qalbu, sementara air mata mengalir tetes demi tetes……..

Memang wajar jika Rasulullah SAW sangat mencintai umatnya. Menjelang wafatnya, beliau bersabda, “Ummati, ummati…(Umatku, umatku…). “Menurut Habib Mundzir bin Fuad Almusawa, khadim Majelis Ta‟lim Rasulullah SAW, kecintaan Rasulullah kepada ummatnya melebihi kecintaan seorang ibu atau ayah kepada anak-anaknya. “Beliau mencintai umatnya sejak sebelum dilahirkan, bahkan ketika masih berbentuk sperma ayahnya dan ovum ibunya, yang mengharapkan kelak sang anak terjaga dari gangguan setan dan hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Habib Mundzir.

Seperti kita ketahui, dalam sebuah hadits yang cukup popular Rasulullah SAW bersabda, “Jika kalian berkumpul dengan istri, ucapkanlah doa Allahuma jannibna minasy-syaithon wa jannibsy syaithon mimma razaqtana (Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari anak yang engkau karuniakan kepada kami).”

Cinta sejati itu bahkan beliau bawa sampai Padang Mahsyar, ketika kondisi alam semesta sudah sangat gawat. Ketika manusia dimintai pertanggung jawaban atas semua perbuatannya, ketika seorang ibu lari dari anaknya dan anak lari dari ibunya, para nabi menolak dimintai syafa‟at (pertolongan) oleh umatnya, ketika itulah Rasulullah SAW justru tidak meninggalkan ummatnya. Beliau mendampingi umatnya ketika mereka menghadapi masa-masa “perhitungan” (hisab), menunggui umatnya di seberang jembatan shiratal mustaqim, hingga seluruh umatnya masuk ke dalam surga.
Marhaban Bikum

Bahkan di akhir hayatnya, yang beliau pikirkan bukan putri kesayangannya, Fathimah, atau cucu-cucunya, Hasan dan Husein, melainkan umatnya. “Beliau diutus untuk menyelamatkan kita. Apakah kita akan melupakannya, meninggalkan ajarannya?” ujar Ustadzah Halimah Alaydrus, muballighah muda, dalam kesempatan taushiyahnya di sebuah majelis ta‟lim. Berikut petikan kisah detik-detik terakhir kehidupan Rasulullah SAW yang tertulis dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, jilid III (KH. Moenawar Chalil), Detik-detik Terakhir Kehidupan Rasulullah SAW (KH Firdaus A.N), 30 Kisah Teladan, jilid 5 (KH Abdurrahman Arroisi), Durratun Nashihin (karya Usman bin Hasan bin Ahmad Syakir), dan petikan ceramah Maulid Habib Mundzir Almusawa. Ketika merasa bahwa ajalnya sudah dekat, Rasulullah SAW mengumpulkan para sahabat di kediaman istri tercintanya, Sayyidah Aisyah RA. Setelah semua berkumpul, beliau memandangi mereka dengan tatapan mata yang sendu. Air mata beliau menetes tiada henti.

Di tengah tangisnya beliau bersabda, “Marhaban bikum, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian. Aku berwasiat kepada kalian, bertaqwalah kepada Allah SWT. Telah dekat perpisahan dan telah hampir waktu pulang kepada Allah Ta‟ala. Hendaklah Ali memandikanku, sedangkan Fadlal bin Abbas dan Usamah bin Zaid yang menuangkan air. Kemudian kafanilah aku dengan kainku jika kamu menghendaki, atau dengan kain putih buatan Yaman. Jika kalian selesai memandikanku, letakkan jenazahku di tempat tidur di rumahku ini, diatas pinggir lubang kuburku. Kemudian bawalah aku keluar sesaat. Maka yang pertama kali bersholawat kepadaku adalah Allah „Azza wa Jalla, lalu Jibril, Mikail, Israfil, Izrail bersama pasukannya, kemudian segenap malaikat. Sesudah itu barulah kalian masuk rombongan demi rombongan, dan shalatkanlah aku.”

Begitu mendengar wasiat Nabi, para sahabat tak kuasa menahan tangis. Mereka menjerit…..”Ya Rasulullah, Tuan adalah rasul kami, penghimpun dan pembina kekuatan kami, serta penguasa segala urusan kami. Jika Tuan pergi, kepada siapakah kami kembali?”
Rasulullah SAW bersabda, “Aku tinggalkan kalian di jalan yang terang. Aku tinggalkan untuk kalian dua juru nasihat yang berbicara dan yang diam. Penasehat yang berbicara ialah Al-Quran, penasihat diam ialah maut. Jika kalian menghadapi persoalan yang musykil, kembalilah kepada Al-Quran dan sunnah; dan jika hati kalian kusut, tuntunlah dengan mengambil i‟tibar tentang peristiwa maut.”

Sejak itu, akhir bulan Shafar, Rasulullah SAW jatuh sakit. Semakin lama penyakitnya semakin berat. Suatu saat, ketika para sahabat berkumpul di kediaman Sayyidah Aisyah RA untuk menjaga Rasulullah SAW secara bergantian, Rasulullah SAW bangun dari tempat tidurnya dengan mengenakan ikat kepala, pertanda sakitnya masih berat.
Telaga Haudh
Didepan para sahabat, beliau bersabda, “Wahai para sahabatku….. Sungguh, demi Allah, saat ini telah kulihat Telaga Haudh di hadapanku. Demi Allah, aku tidak takut syirik akan menimpa kalian setelah aku wafat. Tetapi yang kutakutkan, kalian saling berebut dunia, saling hantam memperebutkan kekayaan. Itu yang aku takutkan.” Haudh adalah salah satu telaga di surga.
Dari hari ke hari, kesehatan Nabi semakin memburuk, dan para sahabat mulai cemas. Suatu hari, Senin Subuh, sahabat Bilal mengumandangkan adzan di Masjid Nabawi. Tapi hingga beberapa waktu Nabi belum juga hadir. Ia lalu menyusul ke rumah beliau. Didepan pintu rumah, ia mengucapkan salam, “Assalamu’alaika, ya Rasulullah.”

Nabi tidak menjawab, tapi Sayyidah Fathimah RA keluar sambil menjawab salam, “Alaikassalam….. Kalau ada perlu lain kali saja. Rasulullah sedang demam.”
Mendengar jawaban itu, Bilal tidak paham. Ia lalu kembali ke masjid, menunggu kedatangan Nabi sampai langit disebelah timur mulai menguning. Karena waktu subuh hampir habis, Bilal kembali kerumah Rasulullah SAW.

“Assalamu’alaika, ya Rasulullah…. para makmum sudah menunggu dan langit sudah pula menguning,” katanya.
Saat itu, Nabi agak sadar. Dengan tersendat-sendat beliau membalas salam Bilal, lantas bersabda, “Ya Bilal, aku tahu fajar telah mulai tiba. Beri tahu Abubakar supaya menjadi imam shalat Subuh. Aku sedang sakit, tidak mampu bangun.”

Mendengar jawaban itu Bilal menangis. Dengan langkah terburu-buru tetapi lunglai, ia bergegas kembali ke masjid. Disampaikannya pesan rasulullah SAW kepada Abubakar.
Begitu melihat mihrab kosong, Abubakar menangis. Di mihrab itulah Rasulullah SAW selalu memimpin sholat, mengumandangkan ayat-ayat Al-Quran dengan suara yang nyaring dan fasih. Pribadinya agung, parasnya berwibawa. Kini mihrab itu kosong. Abubakar menangis juga seluruh sahabat, sehingga suasana subuh itu menjadi murung.

Sampai siang, para sahabat berkumpul di masjid menanti berita dari kediaman Rasulullah SAW. Ternyata, Rasululah SAW minta dipapah untuk menuju masjid. Dengan langkah terseok-seok, Nabi keluar rumah dipapah kedua sahabat itu.
Tiba di masjid, Nabi shalat sunnah dua rakaat lalu menuju mimbar. Kakinya terasa berat ketika mendaki tangga. Tubuhnya tampak lemah, tangannya bertelekan. Tak lama kemudian beliau menyampaikan khutbah singkat, namun isinya meresap dan menggetarkan hati. Para sahabat bercucuran air mata…..

“Wahai kaum muslimin, kita hidup di bawah kekuasaan Allah dan kasih sayang-Nya. Maka bertaqwalah kepada-Nya dan taatilah perintah-perintah-Nya”. Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW berwasiat, “Wahai segenap umat manusia, api neraka sudah dinyalakan, fitnah-fitnah telah datang seperti datangnya malam yang gelap. Demi Allah, kamu tidak akan berpegang kepadaku dengan suatu apa pun. Sesungguhnya aku tidak pernah menghalalkan sesuatu melainkan apa yang dihalalkan oleh Al-Qur‟an, dan tidak pula mengharamkan sesuatu melainkan apa yang diharamkan oleh Al-Quran”.

Dipapah Pulang
Abubakar tersedu sedan sementara Umar bin Khattab menahan napas dan tangis hingga dadanya naik-turun. Sedangkan Utsman bin Affan menghela napas panjang, dan Ali bin Abi Thalib menundukkan kepala dalam-dalam. Dalam hati semua sahabat berkata, “Rasulullah akan meninggalkan kita.”
Lelaki agung itu hampir selesai menunaikan tugasnya. Tanda-tanda itu semakin nyata, sehingga dengan tangkas Ali dan Fadhal segera tampil membantu Rasulullah turun dari mimbar. Sangat pelan karena lemah.

Segera setelah itu beliau dipapah untuk kembali pulang ke rumah kediaman. Sejak itu beliau tak mampu lagi bangkit dari tempat tidur. Kondisi beliau semakin gawat, sampai-sampai kain pengikat beliau pun terasa panas. Panas yang sangat tinggi menyebabkan beliau sering tak sadarkan diri.
Melihat kondisi ayahandanya, Sayyidah Fathimah RA terus menangis, “Ya Allah, alangkah berat penderitaan ayahku. Alangkah beratnya, ya Allah….”

Mendengar tangis putri kesayangannya itu, Rasulullah SAW sempat bersabda, “Bersabarlah anakku sayang. Tidak ada lagi penderitaan ayahmu sesudah hari ini…” Nabi SAW berusaha menghibur putrinya agar tidak bersedih hati. Namun sabda Beliau itu juga merupakan pertanda bahwa tinggal pada hari itu beliau merasakan penderitaan. Dan setelah itu, meninggalkan keluarga dan segenap kaum muslimin.

Tepat pada waktu dhuha, datanglah Malaikat Izrail yang diutus oleh Allah Ta‟ala untuk menjemput Rasul SAW. Perintah Allah Ta‟ala kepada Izrail, “Masuklah kalau diizinkan olehnya. Kalau tidak, kembalilah engkau kemari. Berangkatlah dan muncullah di hadapannya dalam wujud seorang lelaki yang sopan dan rapi. “Maka muncullah Malaikat Izrail sebagai seorang lelaki berpakaian putih-putih dengan aroma yang harum mewangi.
“Assalamualaikum, wahai penghuni rumah kenabian….”
“Wa’alaikumussalam. Maaf Rasulullah sedang payah. Datanglah lain kali,” jawab Sayyidah Fathimah RA.
“Assalamu‟alaika, ya Rasulullah. Salam sejahtera untukmu selamanya. Bolehkah saya masuk?” ujar Izrail lagi.
Mendengar salam khusus itu, Nabi membuka mata beliau lalu bertanya kepada Fathimah, “Anakku, ada tamu ya? Siapa yang berada di pintu, hai Fathimah?”
“Seorang laki-laki yang bersih sopan, rapi, dan wangi. Ia memanggil-manggil ayah dan minta izin untuk masuk. Saya bilang, Ayah sedang payah. Saya minta dia dia untuk kembali lain kali.”
Tiba-tiba Nabi SAW memandangi putri tercintanya itu dengan tatapan yang menembus jauh, dengan cahaya pekat yang mengabut.
Sayyidah Fathimah RA menggigil karena hatinya tergetar
“Izinkan tamu itu masuk, Fathimah. Tahukah engkau siapa dia, anakku?” sabda Rasulullah SAW.
“Tidak”
“Dialah penjemput kenikmatan, pemutus nahsu syahwat, dan pemisah pertemuan. Dia adalah malakul maut.”
Sayyidah Fathimah RA kaget, “Ayahanda, jadi mulai hari ini aku tidak akan lagi mendengar suaramu dan memandangi wajah jernihmu?” Sayyidah Fathimah menangis.
Jangan bersedih dan menangis, jantung hatiku. Engkau adalah keluargaku yang mula-mula akan bersamaku di hari kiamat,” sabda Rasul SAW
Mendengar itu, barulah Sayyidah Fathimah RA lega.
“Engkau datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?” Tanya Nabi.
“Aku datang untuk berziarah, juga menjemput Tuan jika Tuan mengizinkan. Tetapi kalau tidak aku akan kembali.”
“Engkau datang sendirian? Dimana engkau tinggalkan Jibril?” Tanya Nabi sambil tersenyum.
“Aku tinggalkan dia di langit kedua bersama para malaikat lainnya.”
“Panggil dia kemari.”
Jibril Tergagap Maka Malaikat JIbril pun turun ke bumi, menuju rumah kediaman Rasul, lalu duduk disebelah kepala Rasulullah SAW.

Beberapa saat Nabi memandangi Jibril, lalu dengan sayu beliau bersabda, “Jibril, mengapa berlambat-lambat? Tidakkah engkau tahu saat yang dijanjikan itu hampir tiba?”
“Beri tahu aku bagaimana hakku di hadapan Allah nanti.” sabda Nabi lagi.
“Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat berbaris berlapis-lapis menunggu kehadiran ruh Tuan, seluruh gerbang surga terbuka sebagai persemayaman Tuan.”

Namun wajah Nabi tetap suram dan gelisah. Lalu sabdanya lagi, “Jibril, bukan berita itu yang kuinginkan. Beritahu aku, bagaimana umatku besok di hari kiamat.”

Maka dengan tenang Jibril menjawab, “Ya Rasulullah, Allah Ta‟ala berfirman, „Aku haramkan surga dimasuki oleh para nabi sampai engkau, Muhammad, masuk terlebih dahulu. Dan aku haramkan umat para nabi masuk ke dalamnya sampai umatmu, Muhammad, masuk terlebih dahulu‟.”

Mendengar jawaban itu, barulah wajah Nabi berseri-seri. “Alhamdulillah. Kalau begitu hatiku tenang, wahai Jibril.” Beliau merasa tenteram, karena kaum muslimin mendapat hak dan tempat istimewa di hadapan Allah SWT. Bibir beliau yang sudah memucat itu menyunggingkan senyum. Senyum istimewa itu juga beliau tujukan kepada Malaikat Izrail ketika beliau mempersilakan sang Pencabut Nyawa itu melaksanakan tugasnya.

Pada waktu yang bersamaan suasana gundah gulana menggantung berat di ruangan sempit itu. Angin kota Madinah yang meniupkan hawa dingin tapi kering tambah dalam menusuk tulang. Sejengkal demi sejengkal matahari pun semakin meninggi ketika Malaikat Izrail berancang-ancang untuk mencabut nyawa Rasulullah SAW.

Penderitaan Nabi SAW semakin menghebat ketika nyawa beliau, yang dicabut oleh Izrail dengan sangat pelan dan lembut, sampai di pusat. Dahi dan sekujur wajah beliau bersimbah peluh. Urat-urat di wajah beliau menegang dari detik ke detik. Sambil menggigit bibir, Nabi SAW berpaling ke arah malaikat Jibril. Mata Rasulullah SAW pun basah, cahayanya pun semakin meredup. “Ya Jibril, betapa sakitnya! Oh, alangkah dahsyatnya derita sakaratul maut ini.”
Sayyidah Fathimah RA memejamkan mata, sementara Ali bin Abi Thalib, yang berada disamping Rasulullah SAW, menundukkan kepala, sedangkan
Malaikat Jibril memalingkan muka. “Ya Jibril, mengapa engkau berpaling? Apakah engkau benci melihat wajahku?” tanya Rasul SAW.
“Sama sekali tidak, ya Rasulullah. Siapakah yang tega menyaksikan Kekasih Allah dalam kedaaan seperti ini? Siapakah yang sampai hati melihat Tuan kesakitan?” jawab Jibril terbata-bata.
Rasa sakit itu kian memuncak. Sekujur tubuh Nabi menggigil. Wajah beliau semakin memucat, urat-uratnya menegang. Dalam keadaan sakit tak tertahankan itu beliau berdo‟a, “Ya Allah, alangkah sakitnya! Ya Allah, timpakanlah sakitnya maut ini hanya kepadaku, jangan kepada umatku.”

Ushikum Bishshalati
Mendengar sabda Rasul itu, Jibril tersentak. Betapa agung pribadi Rasulullah SAW. Dalam detik-detik paling gawat dan menyiksa, bukan kepentingan sendiri yang dimohonkan, melainkan kepentingan umatnya. Andai beliau mohon agar rasa sakit itu dicabut, pasti Allah SWT mengabulkannya. Namun beliau lebih memilih sebagai tumbal agar derita itu tidak menimpa umatnya.

Ketika Jibril menyadari keadaan di sekelilingnya, Izrail sudah dengan sangat santun menarik nyawa Nabi SAW sampai di dada. Maka napas beliau pun mulai menyesak. Rasa sakit semakin menghebat. Ketika itulah, lelaki agung itu menengok ke arah sahabat-sahabatnya, lalu bersabda dengan suara lirih dan pandangan sayu, “Ushikum bishshalati wa ma malakat aimanakum (Aku wasiatkan kepada kalian untuk mendirikan sholat, dan aku wasiatkan kepada kalian orang-orang yang menjadi tanggungan kalian).”

Sejenak kemudian, kondisi Rasulullah SAW bertambah kritis. Para sahabat saling berpelukan lantaran tak kuat menahan pilu. Dan ketika itulah tubuh Nabi SAW mulai dingin. Hampir seluruh bagian tubuh beliau tidak bergerak-gerak lagi. Mata beliau pun berkaca-kaca dan menatap lurus ke langit-langit hanya sedikit terbuka.

Menjelang akhir hayat beliau, Ali bin Abi Thalib melihat Nabi SAW dua kali menggerak-gerakkan bibir beliau yang sudah membiru. Maka Ali pun cepat-cepat mendekatkan telinganya ke bibir Nabi. Ia mendengar Nabi SAW memanggil-manggil, “Ummati, ummati…. (Umatku, umatku…).” Dengan memanggil-manggil umatnya inilah, Rasul Akhir Zaman itu wafat di pangkuan istri tercinta, Sayyidah Aisyah RA, pada hari Senin, 12 Rabi‟ul Awwal 11 H, bertepatan dengan tanggal 3 Juni 632 Masehi, dalam usia 63 tahun.

Maka meledaklah tangis para sahabat. Sang kekasih Allah telah wafat, membawa cinta yang agung, cinta kepada umat, hingga akhir hayat. Bahkan dibawanya sampai Padang Mahsyar. Ketika nyawa sudah sampai tenggorokan. Pemimpin Besar dan Pencipta Peradaban itu bukan mengkhawatirkan keluarganya, melainkan memprihatinkan umatnya. “Ummati, ummati….”
Sesaat sebelum wafat, sebagaimana tercatat dalam Shahih Bukhari, Rasulullah SAW masih sempat berwasiat dan menghibur umatnya.
Beliau bersabda, “Wahai umatku, kalian akan melihat hari yang tidak kalian sukai, yaitu perpecahan dan fitnah dari berbagai musibah yang akan datang. Akan tetapi hendaklah kalian bersabar sampai berjumpa denganku di Telaga Haudh kelak…”

Sementara itu, dari sumber kitab Shahih Bukhari diriwayatkan, pada Senin subuh itu Nabi SAW merasa kondisinya mulai membaik. Maka ketika mendengar adzan, beliau memutuskan untuk pergi ke masjid sekalipun kondisinya masih lemah. Ketika beliau masuk masjid, shalat sudah dimulai. Para sahabat pun menjerit, mengucapkan, “Sub-hanallah, sub-hanallah”, pertanda gembira dan bersyukur menyaksikan kondisi kesehatan junjungan mereka yang mulai membaik.
Begitu melihat Nabi datang, para sahabat hampir membatalkan shalat. Namun, beliau memberi isyarat agar mereka meneruskannya.
Abubakar Mundur

Sejenak beliau berdiri menatap mereka dengan bahagia. Wajahnya berseri-seri menyaksikan ketaatan umatnya. Sampai-sampai Annas bin Malik berkata, “Belum pernah aku melihat pandangan yang lebih menakjubkan dari wajah Nabi SAW (ketika itu).” Kemudian beliau tersenyum.
Abubakar Ash-Shiddiq, yang menjadi imam shalat, menyadari apa yang terjadi di belakangnya. Yakni, pasti Rasulullah SAW ada di masjid. Maka tanpa menoleh, ia pun mundur. Tetapi, Nabi segera memegang pundaknya dan mendorongnya maju agar terus sebagai imam, sementara Nabi SAW shalat di sebelah kanan Abubakar dalam posisi duduk.

Usai shalat, Nabi kembali ke rumah Sayyidah Aisyah RA dipapah oleh Fadlal dan Tsawban, sementara Ali dan Abbas mengikuti dari belakang. Sampai di rumah, Nabi SAW kembali ke tempat tidur, berbaring di pangkuan istri tercintanya itu. Dan ternyata, shalat subuh tadi adalah yang terakhir kali Nabi SAW shalat berjamaah dengan para sahabatnya. Ketika itulah segenap kekuatan Nabi SAW melemah.

Saat Abdurrahman bin Abubakar masuk ke dalam kamar sambil membawa siwak (sikat gigi dari kayu arak), Sayyidah Aisyah RA melihat Nabi SAW sepertinya menginginkannya. Maka ia pun meminta siwak itu, membersihkannya, lalu memberikannya kepada ayahanda tercinta. Lalu beliau pun membersihkan gigi dengan cekatan, sekalipun kondisinya cukup lemah.
Tak lama kemudian kesadaran Rasulullah SAW hilang. Sayyidah Aisyah RA mengira beliau tengah menghadapi sakaratul maut. Tapi, sekitar satu jam kemudian, beliau membuka mata. Sayyidah Aisyah RA teringat Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tidak ada seorang nabi pun yang dicabut nyawanya sebelum ia ditunjukkan tempatnya di surga.” Sayyidah Aisyah RA pun paham, inilah saat sakaratul maut itu.

Sejenak kemudian, Nabi SAW bersabda dengan suara bergumam, “Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama orang-
orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang shalih. Mereka itulah sahabat yang paling baik.” – QS An-Nisaa (4): 69. Setelah itu, beliau kembali bergumam, “Ya Allah, aku memilih bersama Yang Mahamulia.”

Setelah itu, kepala Nabi SAW berangsur-angsur terasa bertambah berat di pangkuan Sayyidah Aisyah RA, sehingga para istri yang lain menangis. Sayyidah Aisyah RA lalu membaringkan kepala beliau di bantal, kemudian menangis bersama istri Nabi SAW yang lain.

Dalam Shahih Bukhari dikisahkan, begitu mendengar Rasulullah SAW wafat, Abubakar Shiddiq berlari menuju rumah kediaman Sayyidah Aisyah RA. Namun jasad Nabi SAW telah membujur kaku. Ketika menyingkap kain yang menutup tubuh Nabi SAW, ia menangis sambil memeluk wajah Sang Rasul. Saat memandikan jenazah Rasulullah, Ali bin Abi Thalib berkata, “Wahai Rasulullah, ketika hidup, Tuan semerbak mewangi. Ketika wafat pun, tubuh Tuan tetap wangi.”
Ya… Rasulullah SAW

10 April 2009

Tiba saatnya kita berubah... Terus Membantu


Assalamualaikum dan salam kebahagiaan dari kami Pembimbing Rakan Guru.

Tiba saat dan ketikanya sekali lagi PRG harus mengorak langkah untuk maju setapak kehadapan bersama-sama dalam era globalisasi yang semakin canggih ini.

Maka, kepada sahabat-sahabat semua yang takut, malu, segan atau masih tidak mengenali ahli PRG anda masih boleh dibantu oleh kami melalui email kami iaitu pembimbingrakanguru@yahoo.com.

Kami akan membalas semula email sahabat-sahabat semua. Jika sahabat-sahabat semua memerlukan kita bersua muka, kita boleh membuat temujanji untuk berkongsi masalah sahabat-sahabat semua.

Sahabat-sahabat tidak perlu risau kerana segala data dan maklumat anda akan kami rahsia. Kerana itu adalah etika kami. Kami perlu mematuhi etika kerahsiaan.

Sahabat-sahabat juga boleh menghantar pandangan atau apa jua maklumat kepada kami menggunakan alamat email tersebut.

Terima kasih atas sokongan sahabat-sahabat semua selama ini.

"SINARI HIDUP ANDA DENGAN KEBAHAGIAAN BERSAMA P.R.G."


~Syukran Jazilan~

04 April 2009

PEMURAH DAN PENYAYANG

PEMURAH DAN PENYAYANG
 
Allah berfirman dalam hadith qudsi :
 
“ Ini adalah agama yang telah Aku redhai untuk diriKu sendiri, dan tidak dapat dijalankan kecuali mereka yang pemurah dan berakhlak yang baik. Kerana itu muliakanlah dengan kedua sifat itu selama kamu menganutnya.”
 
( Hadith qudsi riwayat Sumawaih,Ibnu ‘Adi ‘Uqaili, Kharaith, Khatib,Ibnu ‘Asakir dan Rafi’i dari Anas r.a )
 
Allah s.w.t telah memilih agama Islam untuk dirinya sebagai agama yang diredhaiNya. Kerana itu Allah tidak akan menerima dari hambaNya selain dari agama Islam itu, sesuai dengan ayat al-Quran berikut :
 
“ Dan sesiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka tidak akan diterima daripadanya, dan ia pada hari akhirat kelak dari orang-orang yang rugi.” 
( Surah Ali-Imran : 85 )
 
Pelaksanaan orang yang menganut agama Islam akan dapat dilihat dalam kehidupan yang pemurah dan berakhlak baik. Penganutnya diharapkan menjaga dan memelihara kedua sikap itu dan meningkatkannya selama hayat di kandung badan .
 
Ali bin Husin berkata : “ Orang yang mengeluarkan hartanya kerana diminta,tidak termasuk dikalangan orang yang pemurah. Yang disebut pemurah ialah mereka yang menunaikan hak-hak Allah atas kemahuan sendiri dan taat kepada Allah, tanpa tekanan ataupun harapan untuk ucapan terima kasih.”
 
Orang bertanya kepada Hassan bin Ali bin Abu Talib,mengenai perbezaan erti perkataan “karam” (sifat pemurah), “muruah” (perikemanusiaan) dan “najdah” (bantuan). Beliau menerangkan : “ Pemurah ialah menderma sesuatu yang baik dengan ikhlas dan sukarela sebelum diminta dan memberikan makanan pada masa senang atau kelaparan serta berkasih sayang kepada peminta dengan memenuhi permintaannya .”
 
“ Maruah ”ialah sikap memelihara agama, diri dan jiwa serta memberikan layanan yang baik dan ramah kepada tetamunya serta bersikap baik dan bergegas memberikan bantuan, walaupun hati merasa enggan melaksanakannya .
 

Adapun “najdah” ialah membela tetangga dan tabah bersabar pada tempatnya .
 
Seseorang alim besar dari kalangan tabi’in bertanya kepada Hasan Basri tentang “sakha” (sifat pemurah), “hazm” (bijaksana) dan “israf” (boros). Beliau menjawab : “Sakha” bererti bermurah hati dengan harta dan yang ada padanya kerana Allah s.w.t semata-mata, “hazm” bererti menahan harta yang ada padanya kerana Allah s.w.t semata-mata; manakala “israf” bererti menginfakkan harta dan yang ada padanya demi cita-cita untuk menjadi pemimpin .” 
 
Ada pula yang bertanya kepada Sufyan bin Uyainah seorang alim besar, ahli hadith dari kalangan tabi’ tabi’in tentang “sakha”. Beliau menjawab : “ sakha” bererti berbuat baik kepada handai taulan dan bermurah hati dengan harta .”
 
Sifat pemurah termasuk sifat yang mulia, dan menjadi akhlak para Nabi.. Nabi Muhammad s.a.w adalah manusia paling pemurah, paling besar rasa kemanusiaannya dan [aling ikhlas dalam memberikan bantuan. Tidakpernah timbul rasa takut papa, pemberiannya tiada henti-henti bagai angina hembus dan tidak mengharap balasan. Baginda pernah bersabda :
 
“ Orang pemurah itu dekat kepada Allah s.w.t, dekat kepada manusia, dekat kepada syurga, jauh dari api neraka. Manakala orang kikir itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari syurga dan dekat kepada api neraka .”
 
( Al-Hadith )
 
Mengenai akhlak yang baik ( husnul khuluq ) Rasulullah s.a.w bersabda :
 
“ Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik .” ( Al-Hadith )
 
“ Yang paling banyak dimasukkan ke dalam syurga ialah orang yang bertakwa dan berakhlak baik .” ( Al-Hadith )
 
“ Keimanan seorang mukmin yang paling sempurna ialah yang paling baik akhlaknya .”
 
( Al-Hadith )
 
“ Dengan akhlak yang baik seorang hamba Allah pasti akan mencapai darjat orang yang berpuasa yang mengerjakan sembahyang malam .” ( Al-Hadith )
 
Apakah yang dimaksudkan dengan “husnul khuluq” itu? Hasan Basri menyatakan bahawa “ husnul khuluq ” bererti sifat pemurah, suka memberi dan sanggup menangung segala risiko . 
Sya’bi seorang alim tabi’in besar dan ahli hadith dan orang warak yang terkenal, mengatakan bahawa “husnul khuluq” bererti suka memberi serta ramah-tamah .
 Abdullah Ibnu Mubarak seorang ahli hadith yang sangat disegani pada masanya menyatakan bahawa : “ husnul khuluq” bererti manis muka, memberi yang baik dan menahan segala gangguan .”
 Imam Ahmad bin Hambal menyatakan bahawa “husnul khuluq” bererti tidak pernah marah ataupun berdendam. Dalam riwayat lain dikemukakan bahawa “husnul khuluq” bererti dapat menanggung risiko segala perilaku dan tindakan orang lain terhadapnya .
 
Sebahagian ahli ilmu menyatakan bahawa “husnul khuluq” bererti :
 
1. Menahan marah kerana allah
2. Menampakkan muka manis dan ramah tamah kecuali kepada orang yang melakukan kemungkaran dan jahat.
3. Menegakkan batas-batas ketentuan Allah
4. Memaafkan orang sesat tanpa sengaja kecuali apabila mahu mendidiknya
5. Menghindarkan gangguan terhadap kaum muslimin dan kaum kafir yang ada dalam perlindungan pemerintah Islam, kecuali usaha untuk mengubah kemungkaran dan menyelamatkan orang yang teraniaya tanpa melebihi batasan yang dibenarkan .
Setiap muslim diharapkan dapat melaksanakan “husnul khuluq” dan “sakha” sehingga kita sekalian selalu berakhlak luhur dan menjadi syuhada `alan nas .
 
  Kita mengharapkan dari Allah Rabbul ‘alamin agar kita dibekali “husnul khuluq” dan “sakha”…Amin..


19 Mac 2009

KEBENARAN AL-QURAN


Lihat foto di atas betul-betul dan kaji.
Ini merupakan graf surah-surah dalam al-quran beserta bilangan ayatnya.
Jika diplotkan.Inilah yg terhasil.
Subhanallah.Foto ini saya temui dalam satu website.

Berikut serba sedikit info mengenai isi kandungan Kitab pegangan kita ini.
Didapati banyak perkara telah disentuh dan telah dibuat kajian oleh manusia seperti nombor, astronomi, angkasalepas, perubatan, geologi, kejuruteraan, minda dan sebagainya.
Al-Quran sudah lama membuktikan banyak perkara sains ketika manusia baru menemuinya.

Bilangan tentang perkara yang disebutkan di dalam Al-Quran:
DUNIA - 115 kali
AKHIRAT - 115 kali

MALAIKAT - 88 kali
SYAITAN - 88 kali

HIDUP - 145 kali
MATI - 145 kali

FAEDAH - 50 kali
KERUGIAN - 50 kali

UMMAH - 50 kali
PENYAMPAI - 50 kali

IBLIS : PENGHULU SYAITAN - 11 kali
MOHON PERLINDUNGAN DARIPADA IBLIS - 11 kali

BALA/MUSIBAH - 75 kali
BERSYUKUR - 75 kali

BERSEDEKAH - 73 kali
BERPUAS HATI - 73 kali

ORANG YANG SESAT - 17 kali
ORANG YANG MENINGGAL DUNIA - 17 kali

MUSLIMIN - 41 kali
JIHAD - 41 kali

EMAS - 8 kali
KEMURAHAN HIDUP - 8 kali

KEAJAIBAN - 60 kali
FITNAH - 60 kali

ZAKAT - 32 kali
BERKAT - 32 kali

MINDA - 49 kali
NUR - 49 kali

LIDAH - 25 kali
SUMPAH - 25 kali

NAFSU - 8 kali
KETAKUTAN - 8 kali

BERCAKAP DI KHALAYAK RAMAI - 18 kali
BERDAKWAH - 18 kali

KESUSAHAN - 114 kali
KESABARAN - 114 kali

MUHAMMAD - 4 kali
SYARIAT - 4 kali

LELAKI - 24 kali
PEREMPUAN - 24 kali

SOLAT (SEMBAHYANG) - 5 kali

BULAN - 12 kali
HARI - 365 kali

LAUTAN - 32 kali
DARATAN - 13 kali

LAUT dan DARAT = 32 + 13 = 45

Justeru itu, peratusan laut = 32/45 x 100 = 71.11111111 peratus
Peratusan daratan = 13/45 x 100 = 28.88888889 peratus
JUMLAH = 100 peratus

Kajian sains oleh manusia telah membuktikan bahawa air meliputi 71.111 peratus daripada bumi dan tanah meliputi 28.889 peratus.

Begitulah kebesaran dan keagungan ciptaan Allah SWT!!!
Nota: Diterjemahkan daripada karya asal yang dipetik daripada "The Series Of The Scientific Miracles In Quraan," oleh Dr. Tariq Al Suwaidan.

08 Mac 2009

DI TAMAN TEMAN




DI TAMAN TEMAN

TULUS BERKEMBANG SUCI BUNGA
HARUM CINTA KUNTUM SYURGA

BURUNG BERBISIK TANPA DUSTA
MERSIK MANJA ASYIK FANA

DI KALA MALAM TIDURKAN SENJA
BINTANG MENJAHIT BAJU LENA
SEHINGGA FAJAR HINDER PURNAMA
KAU MASIH SETIA

DANAU TERBENTANG SEJUJURNYA
TENANG JIWA HILANG LARA

SAATKU JEJAKI TAMANMU
BENAR INDAH AMAT INDAH

DI KALA LUKA TERLALU DALAM
SEMBUHPUN MASIH TAK TERPADAM
HINGGA TERKADANG AKU BERDENDAM
KAU TETAP SETIA

CHORUS

WALAU JAUHKU BERLARI
WALAU JENUHKU MENCARI
TETAP SUNGGUH KAU TEMANI
TANPA JEMU DAN BENCI

BIARKU TELAN TANGISMU
BIARKU SIMPAN RESAHMU
MESKI KAU BUKAN MILLIKKU
TEGUH KAU DI HATIKU

PERCAYALAH
KAU INDERALOKA
KAN KUSUSURI
BAHAGIAMU TEMAN DI TAMAN INI

Orang Beriman Yang didoakan Malaikat




Allah SWT berfirman, "Sebenarnya (malaikat - malaikat itu) adalah hamba - hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah - perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa'at melainkan kepada orang - orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati - hati karena takut kepada-Nya" (QS Al Anbiyaa' 26-28)

Inilah orang - orang yang didoakan oleh para malaikat :


1.
Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci'" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)


2.
Orang yang duduk menunggu shalat.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'" (Shahih Muslim no. 469)


3.
Orang - orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat.

Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra.., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)

4.
Orang - orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalm shaf).

Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)


5.
Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu" (Shahih Bukhari no. 782)


6.
Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, " Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'" (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)


7.
Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, " Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'" (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)


8.
Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'" (Shahih Muslim no. 2733)


9.
Orang - orang yang berinfak.

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'" (Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)

10.
Orang yang makan sahur.

Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)


11.
Orang yang menjenguk orang sakit.

Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh" (Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")


12. Seseorang Mengajar Kebaikan Kepada Orang Lain.


Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain" (dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)